ERA disrupsi yang berimplikasi pada dunia pendidikan ternyata melahirkan kedekatan siswa dengan teknologi internet dan media sosial. Di satu sisi, ketergantungan siswa dengan teknologi membuat karakter siswa menjadi individualistis. Namun kemajuan tekhnologi tidak dapat dihindarkan sehingga tenaga pendidik wajib mengadaptasi teknologi dalam metode pembelajaran.
Oleh karena itu pembelajaran kreatif dibutuhkan untuk membentuk karakter siswa yang mampu berpikir kreatif dan memiliki motivasi tinggi. Karakter ini membangun hal positif seperti kemauan kuat untuk belajar, percaya diri tinggi, serta mampu berpikir kritis. Untuk itu, perlu dukungan kuat dari tenaga pendidik dan sekolah.
Berlandaskan hal tersebut, KGSB (Komunitas Guru Satkaara Berbagi) dan RGBK mengadakan Webinar Series Layanan Bimbingan Konseling Kreatif Bagi Siswa, Sabtu (27/8). Dengan menghadirkan narasumber Guru BK SMP Darul Hikam Bandung, Konten Kreator, Founder @bkstoria Fikri Faturrahman, S.Pd serta serta Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Barat Kemdikbudristek Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt. Kegiatan webinar ini diikuti oleh ratusan guru dan pengajar dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi di Indonesia serta Timor Leste. Salah satu pembahasan utama mengenai penerapan The Art of Pedagogy yang menyisipkan unsur seni dalam metode pembelajaran untuk menggali kreativitas.
Founder KGSB Ruth Andriani mengatakan KGSB berupaya memfasilitasi para guru dalam meningkatkan kemampuan yang menunjang pendidikan dan pembelajaran kreatif. Pedagogi kreatif akan mengajarkan peserta didik agar belajar secara kreatif dan menjadi pencipta diri sendiri dan masa depan mereka. “Semoga webinar ini menginspirasi Sahabat Guru Hebat dan mampu menerapkan metode pembelajaran kreatif untuk anak didik dengan memanfaatkan imajinasi, gambar, drama, musik, dan cerita,” ujar Ruth.
Founder Rumah Guru BK Ana Susanti dalam paparannya menjelaskan pentingnya menyisipkan The Art of Pedagogy, salah satunya dalam metode layanan konseling. Konsep yang dipopulerkan oleh Profesor Robyn Ewing’s dari The University of Sidney ini menunjang guru untuk melibatkan aspek bermain, imajinasi, desain, ekspresimen, eksplorasi, provokasi, metafor, ekspresi & representasi, serta komunikasi. Sarana yang bisa digunakan bisa melalui seni tari, musik, bernyanyi, akting, melukis, memahat, puisi, dan lain sebagainya. Indikator kreativitas yang bisa dinilai dari The Art of Pedagogy ialah kemampuan berimajinasi, berpikir kritis, disiplin, kegigihan, keberanian, kemampuan mengambil risiko, serta merefleksikan diri.
“The Art of Pedagogy adalah alat yang efektif untuk membuat layanan BK menjadi lebih menarik dan disukai. Dalam penerapannya, baik dan buruk karya yang dibuat siswa tidak terlalu penting. Pengalaman dalam diri yang dialami siswa jauh lebih utama untuk membuatnya tumbuh dan mengetahui yang diinginkan,” terang Ana.
Dalam sesi ini, best practice yang dilakukan terkait literasi layanan bimbingan konseling kreatif. Fikri Faturahman menjelaskan sebagai langkah awal para guru bimbingan konseling (BK) harus memiliki persepsi kreatif meliputi pengetahuan tentang BK (knowledge BK), design thinking, dan sifat adaptif/fleksibel. Pengetahuan tentang BK berfungsi sebagai dasar pengambil keputusan. Design thinking bermanfaat dalam merencanakan layanan berdasarkan ide kreatif untuk memecahkan masalah di lingkungan sekolah. Adapun sifat adaptif berguna untuk menyesuaikan terhadap berbagai perubahan kondisi sekolah.
Dalam mempraktikan layanan BK Kreatif, Fikri memberi penekanan pada empat aspek penting yang harus diperhatkan guru Bk yakni feel, do, imagine, share. Empat aspek penting dapat dimplementasikan ke tiga segmentasi layanan BK yakni layanan untuk semua siswa, layanan untuk sebagian siswa, dan layanan untuk beberapa siswa. “Sebelum memberikan layanan kreatif, seorang guru harus observasi dahulu untuk mendengarkan dan memahami kebutuhan siswa. Guru juga harus up to date terhadap tren kekinian yang relate dengan siswa mau dekat dan percaya sehingga terjalin engagement yang baik misalnya dengan gamifikasi,” tuturnya.
Dalam kegiatan webinar ini turut disimulasikan bersama peserta guru yakni gamifikasi interaktif Misi Agen Penyelamat Keadilan kreasi dari Fikri Faturahman. Gamifikasi ini salah satu contoh tools yang digunakan untuk mengatasi masalah minat belajar siswa. (RO/OL-14)